Rencana kenaikan harga tiket masuk ke daerah tujuan wisata (DTW) Tanah Lot dikhawatirkan berimbas anjloknya kunjungan wisatawan. Merosotnya kunjungan wisatawan tersebut diperkirakan sekitar 25 persen dari tahun sebelumnya. Hal tersebut diungkapkan Manajer Operasional DTW Tanah Lot I Ketut Toya Adnyana saat menerima kunjungan Komisi III DPRD Tabanan.
Dijelaskan, berdasarkan pengalaman tahun 2005 lalu, saat adanya kenaikan tarif masuk, kunjungan wisatawan merosot dalam setahun. Terkait hal itu, adanya rencana kenaikan tarif yang mencapai 200 persen mulai 1 April 2011 mendatang, diprediksi akan ada penuruan kunjungan lebih kurang setahun. Pihaknya juga tidak berani menargetkan kunjungan seperti tahun 2011 yang mencapai 2,3 juta. “Kami perkirakan kunjungan tahun 2012 sekitar 1,75 juta orang wisatwan, turun sekitar 25 persen. Mudah-mudahan itu tidak terjadi,” kata Toya di hadapan anggota dewan.
Toya menambahkan, meski ada perkiraan penurunan pengunjung, namun dia memprediksi ada peningkatan pendapatan sekitar 52 persen dari sebelumnya Rp 12,456 miliar menjadi Rp 18>929 miliar. Terkait tarif baru, pihaknya berkomitmen memperbaiki seluruh infrastruktur dan pelayanan bagi wisatawan. Salah satunya, penataan 400 kios yang ada. Selain itu, ada rencana program promosi lewat even budaya untuk menambah daya tarik wisatawan. “Kita berharap waktu berkunjung wisatawan lebih lama,” imbuhnya.
Sementara itu, anggota Komisi III Ketut Loka Antara menyayangkan prediksi turunnya kunjungan wisatawan tersebut. Kekhawatiran itu sempat dilontarkan dalam rapat Pansus di DPRD Tabanan karena rencana kenaikan tarif yang mencapai 200 persen khusus untuk wisatawan asing. “Sejak awal saya khawatir kunjungan akan menurun kalau kenaikan tarif sebesar itu. Mudah-mudahan kekhawatiran saya tidak terbukti,” katanya.
Dia menilai idealnya kenaikan tarif sekitar 30 persen. Kenaikan 200 persen dinilai terlalu tinggi karena memberi dampak yang sangat besar. Sementara Ketua Komisi III, I Made Ekadana mengharapkan agar pihak manajemen melakukan perbaikan dengan berbagai sector, terkait rencana kenaikan tarif mulai April mendatang. Dikatakan, perlu perbaikan infrastruktur serta sarana prasarana lainnya di Tanah Lot agar wisatawan betah berkunjung ke Tanah Lot. Dia juga berharap agar manajemen melakukan langkah terobosan guna memperbaiki kondisi yang ada. Dia pun meminta manajemen secara kontinyu mensosialisasikan hal tersebut kepada para stake holder, sehingga bisa dimaklumi.
Terlepas dari persoalan tarif, persoalan pengelolaan DTW Tanah Lot ternyata belum sepenuhnya berjalan normal. Pasalnya sebagian warga Beraban menolak perjanjian kerjasama antara Pemkab dengan Desa Pakraman Beraban yang berdurasi 15 tahun. Mereka pun menolak SK Bupati terkait pengelolaan selama 15 tahun dan meminta dilakukan revisi.
Penolakan tersebut ditunjukkan dengan memasang spanduk di setiap banjar di Beraban. Kontrak jangka panjang tersebut dinilai melemahkan Desa Pakraman Beraban.